Hubungan dengan Allah adalah Aset Terbesar

Hubungan dengan Allah adalah Aset Terbesar



Hubungan antara Sang Pencipta dan yang diciptakan adalah suatu hubungan yang tidak mungkin dipisahkan. Manusia sebagai makhluk yang diciptakan Allah SWT, mustahil bisa berlepas diri dari keterikatannya dengan-Nya. Bagaimanapun tidak percayanya manusia dengan Allah, suka atau tidak suka, sadar atau tidak sadar, manusia akan  mengikuti sunatullah yang berlaku di alam semesta ini.
Sesungguhnya hubungan antara Allah dan manusia sudah disadari oleh sebagian besar manusia sejak dahulu.  Mereka sudah mendudukkan Allah sebagai Rabb (pencipta alam semesta)  tapi mereka masih terhalangi, baik oleh kejahilan atau kesombongan,  untuk menempatkan Allah sebagai Ilahi (yang disembah/diabdi). Manusia yang demikian belumlah sempurna kehidupannya karena ia telah mengingkari  sesuatu  yang hak dan telah berlaku dhalim, dengan menempatkan sesuatu pada tempat yang salah.  Mereka telah mempatkan  makhluk (hidup ataupun mati) sebagai Ilahi mereka.
Oleh karena itu seorang mukmin harus memahami bagaimana  hubungan  yang  seharusnya dibina dengan Allah SWT, sebagai Rabb-nya dan Ilahi-nya.  Hal yang penting  didalam membina hubungan itu, manusia  harus lebih dahulu  mengenal betul  siapa Allah. Bukan untuk   mengenali zat-Nya, tetapi mengenali  landasan dasar-Nya atau ilmu-ilmu Allah. Dengan memahami bagaimana luasnya kekuasan dan Ilmu Allah, akan timbul rasa kagum dan takut  kepada Allah SWT sekaligus menyadari betapa kecil dan hina dirinya. Pemahaman itu akan  berlanjut  dengan  kembalinya  ia pada hakikat penciptaannya dan mengikuti landasan hidup yang telah digariskan oleh Allah SWT (QS 96:5).  Ia  menyadari  ketergantungannya kepada Allah dan merasakan keindahan iman kepada Allah.
Ada tiga hal yang dapat dijelaskan didalam hubungan antara manusia (mukmin) dan Allah setelah manusia mengenali Allah dengan benar. Pertama, pengenalan tersebut akan  membuahkan hubungan yang indah dengan-Nya. Hubungan itu akan ditandai dengan adanya  rasa machabbah (cinta) yang sangat tinggi terhadap Allah.  Bahkan  mengalahkan  rasa cinta nya kepada  manusia lain ataupun benda yang dimilikinya. Ia memiliki tanda-tanda cinta seperti yang telah Allah gambarkan didalam surat Al Anfal: 2. Rasa cinta tersebut akan membuatnya selalu optimis dan dinamis didalam kehidupannya sebagai seorang mukmin, yang  membuat   jiwanya selalu  stabil  didalam berbagai kondisi.
Kedua,  Di dalam Al Qur`an,   Allah mengibaratkan  hubungan manusia (mukmin) dan Allah itu adalah seperti  hubungan  tijarah (jual beli) yang akan menyelamatkan orang-orang mukmin dari azab  yang pedih. Jual beli itu berupa keimanan kepada Allah swt dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa.  Selain itu Allah juga mengibaratkan `amal sholih  seorang mukmin sebagai  pinjaman  yang diberikan kepada Allah.  Dimana  pinjaman itu  akan Allah  beli dengan harga yang sesuai dengan penilaian Allah. Pinjaman itu dapat berupa tenaga ataupun harta.  Walaupun  hakikatnya semua harta di langit dan di Bumi adalah milik Allah dan diberikan sementara untuk manusia.  Tetapi jika manusia gunakan harta itu untuk menegakkan  kalimat Allah, maka Allah akan menganggapnya sebagai suatu pinjaman.  Dan  Allah akan mengembalikan pinjaman itu dengan berlipat ganda dan tidak terbatas.
Ketiga,  hubungan  manusia (mukmin) dan Allah  itu ditandai dengan adanya  kontrak kerja yang  menjadi kewajiban manusia, yaitu berupa  `amal sholih.  Manusia terikat dan terlibat didalamnya, baik  `amal yang bersifat  umum (ibadah)  maupun ´amal khusus (da`wah).  Amal tersebut  lebih dari sekedar untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk  mengajak orang lain beribadah. Sehingga tidak dibenarkan seorang mukmin memisahkan diri, tetapi ia harus selalu berhubungan dengan manusia (berjamaah). (1)
Dalam ketiga hubungan manusia dengan Allah diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa hubungan dengan Allah adalah aset terbesar, kenapa?
1.      Iman, ketika kita sudah meyakini dan cinta kepada Allah maka kita memiliki sumberdaya mental yang mampu untuk memberikan respon terhadap berbagai tantangan hidup serta mengukir sejarah.
2.   Investasi, segala perbuatan yang dilandasakan dengan al Qur,an, Hadits, dan Ijtihad yang bertujuan untuk mencari ridho Allah, Allah akan membalasnya dengan berlipat-lipat ganda dari asalnya. Ketika kita berbuat satu kebaikan, akan dibalas berlipat-lipat kebaikan oleh Allah. Jangankan menyumbang emas untuk kebaikan agama, berbuat baik sekecil biji dzarrah pun akan dibalas oleh yang Maha Kuasa. Hal ini merupakan aset yang selalu mengalir tanpa henti.
3.     Amal Sholih, pekerjaan baik yang kita lakukan agar bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Kita bisa melakukan amal sholih dengan ibadah maupun berdakwah. Ibadah dilakukan agar kita memang benar-benar siap jikalau dimatikan esok hari. Dakwah pun juga begitu, memberdayakan manusia dan mengajak sesama agar saling melakukan yang bermanfaat untuk hidup didunia jikalau kita akan dihidupkan untuk selamanya. Apabila kita memelihara agama Allah, maka Allah akan memelihara kita didunia-Nya. Sama halnya ketika kita menanam padi (agama Allah), tanpa terfikirkan rumput (dunia) pun akan tumbuh mengikuti padi. Ini merupakan aset terbesar karena kita tidak bisa menghitung aset-aset yang diberikan oleh Allah kepada kita.




Komentar